dalam DHUHA yang menderu...

Akhirnya, musim hujan pun terbang bersama pelukan sang waktu...

Biasanya, waktu favoritku untuk bermanja-manja dengan ALLAH sang maha penyayang adalah di sepertiga malam terakhir.
Dengan ditemani malam yang dingin dan sunyi.
Iyaa...
Karena di saat seperti itu, rasanya dimensi waktu berhenti!
Hanya ada aku dan benang benang doa yang menyambungkan hatiku dengan sang maha pemilik semesta.

Robbana atina milladunkarohmah wahayi’lana min amrina rosyada

Robbisyrohlishoddri wayassirliamri

Fasadzatkurunama akululakum waufawidzu amri illallah innalloha basyirum bil ibad

Robbana atmimlana nurona wafirlana innaka alla kulli syaiinkodir

Tapi di akhir musim hujan kemarin, aku menemukan sebuah kedamaian yang sama, saat meletakkan kepalaku bersujud dalam dhuha yang menderu...

Angin musim hujan menjerit-jerit,
bagai suara seruling memainkan nada tinggi,
demi melihat musim panas siap menggantikannya bertasbih.
Seperti masih tak rela untuk berpisah dengan langit kota dan gedung gedung yang tinggi menjulang di sekelilingku.
Hempasan sayapnya yang memberontak, menampar pipiku sedikit keras.
Entah mengapa, justru ada jejak hening dalam riuh pagi itu, yang ditingkahi keramaian hari yang mulai menggeliat.
Mukena putihku melambai lambai kencang, saat menemaniku terbang menuju ARASSY.

Ada hangat di dadaku, saat mengucapkan "layukallifullohu nafsan illa wus’aha….lahama kasabat waalaiha maktasabat…..Robbana la tuakhidzna innasina auakhthona…..robbana walla tahmil alaina isron kama hamaltahu allalladzina minqoblina.....robbana walla tuhammilna maalaa toqothalanabih.....wa’fuanna waghfirlana.....warhamna.....anta maulana.....fansurna alaqoumilkafirin.....

Ada gemuruh di dadaku, diantara butir airmata yang menderas, saat mengucapkan "waddhuha......"

"ALLAH ini aku datang..."

"Sayangi aku, ya ALLAH!..."

"Dan demi waktu jumatMU yang suci dan penuh berkah rahmat kasih sayangMU...maka kabulkanlah semua doaku, wahai sang maha menepati janji!"



Nadiah Al-Dhianti Nuraga