Bismillah awallu wa akhiru...
Wawancara dengan seorang Sufi SyeikhMuhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen
Pertanyaan: Dengan tanda apa kita bisa menyadari eksistensi Tuhan? Apakah buktinya? Apakah dengan suara, atau bentuk, atau beberapa tanda lainnya?
Bawa Muhaiyaddeen: Segala sesuatu adalah tanda dari Tuhan. Segala sesuatu menceritakan ceritaNya. Apapun yang diciptakan manusia tidak dapat bergerak. Tetapi apa yang diciptakan oleh Tuhan dapat bergerak.
Kita hanya dapat menganalisa hal-hal yang telah diciptakan. Kita tidak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Contohnya, kita dapat mengambil sperma (yang Tuhan telah ciptakan) dan menggabungkannya kedalam sebuah ovum (yang Tuhan juga telah ciptakan) dan kemudian ‘menciptakan’ sebuah embrio. Dengan hal itu kita bisa menciptakan kehamilan, tetapi hanya dengan menggabungkan benih yang telah ada dengan benih lainnya. Kita juga dapat menciptakan listrik, tapi hanya dengan menghasilkannya dari zat lainnya. Kita juga menggunakan sinar matahari (yang Tuhan telah ciptakan) untuk berbagai keperluan.
Segala hal yang telah diciptakan menceritakan diriNya. Segalanya adalah pertanda dari kekuasaanNya, sebuah bukti dari eksistensiNya. Jika kita ingin mengerti hal ini, kita memerlukan keimanan yang tepat, keimanan yang melebihi tingkat akal dan pikiran. Keimanan tersebut kita butuhkan untuk merefleksikanNya. Tapi mari kita kesampingkan hal ini untuk sementara.
Tanda atau bukti bahwa Tuhan itu nyata ada di dalam diri kita. Andaikan kau merasakan marah, benci, atau ragu, atau buruk sangka kepada seseorang, dan kau menyakiti orang tersebut, mungkin juga memukulnya. Dan andaikan orang tersebut pergi berlalu begitu saja tanpa ada pembalasan, mengatakan kepada dirinya, “Oh Tuhan! Engkau mengetahui segalanya. Ini tanggungjawabMu. Kaulah saksinya. Engkaulah yang harus menjelaskannya.” Lalu, setelah dia pergi, muncul suara peringatan dari dalam dirimu, yang menyebabkan hatimu sakit, berkata, “Apa yang kau lakukan adalah salah. Kau memakinya, tetapi ia tidak memaki kau kembali. Kau memukulnya, tetapi ia tidak memukulmu kembali. Bukankah yang kau lakukan salah? Bukankah itu melanggar keadilan? Renungkan hal ini dan kau akan merasakannya.Walaupun kau memakinya dan memukulnya, ia tidak membalasmu, tetapi ia menerimanya dengan sabar dan pergi begitu saja. Kau tidak berpikir sebelum bertindak. Hanya karena kecurigaanmu dan kemarahanmu, kau memukulnya.”
Lalu sesuatu berbicara didalam dirimu, memberitahumu untuk merenungkan kejadian yang baru saja terjadi dan untuk meminta maaf kepada orang tersebut. Sesuatu hal memperingatkan engkau dan membuat engkau menyadari apa yang telah engkau lakukan. Ia juga menjelaskan akibatnya. Hal yang berada didalam diri tersebut berperan sebagai saksi. Itulah Tuhan. Orang yang engkau sakiti menyerahkan masalahnya kepada Tuhan dan pergi.Tuhan lalu hadir didalam dirimu dan menegurmu. Renungkanlah hal ini. Saksi tersebut ada didalam diri kita. Ini adalah poin pertama.
Kemudian, seandainya kita mengingkari eksistensi Tuhan. Contohnya, Stalin mengatakan bahwa Tuhan tidak ada dan mendirikan komunisme. Tetapi kemudian tumbuh sebuah tumor pada badannya, dan pada saat ia menderita ketika mendekati ajalnya, dia berteriak “Ya Tuhan!”. Dari mana dia mendapat dorongan untuk berkata seperti itu? Ia adalah manusia yang mengingkari eksistensi Tuhan, tetapi ketika dia menderita dia berteriak, “Ya Tuhan!” Sebelumnya dia menegaskan tidak mempercayai Tuhan. Tuhan tidak ada didalam pemikiranya. Jadi darimana kata tersebut datang? Dari dalam dirinya. Ia terletak didalam diri sebagai sebuah kekuatan, tanpa tubuh ataupun bentuk, tanpa suku atau kasta ataupun agama, tanpa perbedaan warna kulit, atau perbedaan antara “Aku” dan “engkau”. Kekuatan tersebut melihat setiap orang sama. Ia menilai dengan Kasih Sayang dan Cinta. Ketika ada bahaya yang mengancam, Kekuatan itulah yang membuat orang berteriak, “Ya Tuhan!” Segera setelah Ia menetap didalam keimanan kita, Ia membimbing kita dan membuat kita terjaga. Itulah bukti yang berada didalam diri kita. Walaupun kita tidak dapat melihatnya dari luar, peringatan tersebut muncul dari dalam diri kita, bukankah begitu? Itulah buktinya.[]
Diterjemahkan oleh: Dimas Tandayu
copypaste dari surrender2god
Selasa, 21 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar