Sabtu, 11 Juli 2009

Serial Shahihul Ibadah

QIYAMULLAIL MARRATAN FIL USBU’

Oleh : Ust. Suherman, S. Ag.

Dalam hadits Qudsi dijelaskan bahwa Allah swt mencintai hamba-Nya yang melaksanakan ibadah sunnah, terutama qiyamullail sebagai baktinya kepada Allah Azza Wa Jalla. Maka Allah swt akan menyertai pendengarannya, penglihatannya, gerak tangan dan langkah kakinya.
Qiyamullail dilakukan malam hari, yaitu di saat orang sedang tertidur. Hanya orang yang mempunyai keinginan kuat dan memahami hakikat keagungan qiyamullail saja yang mampu menegakkannya. Pada kondisi malam yang sepi, kegiatan menajamkan perasaan diri dan sarana muhasabahnya melalui qiyamullail akan sangat efektif. Tempaan seperti inilah yang dibutuhkan oleh para du’at sebagai perbekalan dalam mengarungi jalan da’wah yang panjang dan berat.


I. Fadhilah/Keutamaan Qiyamullail

Banyaknya ayat-ayat Al Qur’an dan hadits-hadits Nabi saw yang membicarakan tentang qiyamullail menunjukkan bahwa qiyamullail memiliki keutamaan yang agung sehingga memotivasi kita untuk melaksanaknnya. Beberapa keutamaan qiyamullail diantaranya :

1. Shalat yang paling utama sesudah shalat fardhu
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : telah bersabda Rasulullah saw, “Seutama-utama puasa setelah ramadhan ialah (puasa) di bulan Allah, Muharram, dan seutama-utama shalat setelah shalat wajib ialah shalat malam (HR. Muslim, Abu Dawud, An Nasaa’i dan Ibnu Khuzaimah).

2. Mempertajam kepekaan hati
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. (QS. Al Muzzammil : 6)

3. Salah satu karakter pokok seorang mu’min
Sesungguhnya orang yang beriman kepada ayat ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan. (QS. As Sajdah : 15-16)
Dan hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka. (QS. Al Furqan : 63-64)
Dari Sahal bin Sa’ad ra, ia berkata : Jibril datang kepada Nabi saw seraya berkata, “Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu maka sesungguhnya kamu pasti mati, dan berbuatlah sesukamu maka sesungguhnya kamu pasti dibalas, dan cintailah orang yang kamu suka maka sesungguhnya kamu pasti meninggalkannya. Dan ketahuilah bahwa kehormatan orang mu’min adalah qiyamullail dan kemuliaannya ialah ketidakbergantungnnya kepada manusia (HR. Ath Thabrani, Sanadnya Hasan)

4. Padanya terdapat saat yang mustajab untuk berdo’a
Dari Jabir ra, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya di malam hari terdapat waktu (saat) yang tidaklah seorang muslim meminta (kepada) Allah kebaikan dari perkara dunia dan akhirat bertepatan dengan waktu tersebut, melainkan Allah swt memberinya, dan yang demikian itu adalah setiap malam (HR. Muslim)
Abu Hurairah ra.berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Rabb kita Azza Wa Jalla tiap malam turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir, lalu Allah swt berfirman, Barangsiapa yang berdo’a kepada-Ku pasti Aku kabulkan. Barangsiapa yang memohon kepada-Ku pasti Aku beri dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Ku pasti Aku ampuni. (HR. Muslim)

5. Mengangkat derajat seorang mu’min
Dan pada sebahagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (QS. Al Isra : 79)

6. Allah swt akan memasukkan orang yang senantiasa qiyamullail ke dalam syurga-Nya
Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan, bahkan dahulu mereka sedikit sekali tidur di waktu malam dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. (QS. Adz Dzaariyaat : 15-18)
Dari Abdullah bin Sallam ra, ia berkata : Ketika pertama kali Rasulullah saw datang ke Madinah, orang-orang bersegera menyongsongnya, maka aku termasuk diantara orang yang menyongsongnya. Ketika aku amati wajahnya dan aku memperjelasnya, maka aku mengetahui bahwa wajahnya bukanlah wajah pendusta. Ia (Abdullah bin Sallam) berkata : Hal yang pertama kali aku dengar dari sabdanya bahwa beliau saw bersabda, “Wahai manusia sebarkanlah salam, berilah makan, sambung shilaturahim dan shalatlah di waktu malam saat manusia tidur, niscaya kalian akan masuk syurga dengan selamat” (HR. Tirmidzi, Ibnu majah, dan Al Hakim)
Dari Abdullah bin Amr ra. dari Nabi saw, beliau bersabda : “Di dalam syurga terdapat sebuah kamar yang luarnya dapat dilihat dari dalamnya dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luarnya”. Lalu Abu Malik Al Asy’ari bertanya, “untuk siapa kamar itu Ya Rasulullah?”. Rasulullah saw menjawab : “Bagi orang yang membaguskan pembicaraan (maksudnya pembicaraan bermanfaat dan memberi kebaikan), memberi makan dan melalui malam dengan berdiri (shalat malam) pada saat orang tidur”. (HR. At Thabrani, dan Al Hakim)

7. Kebiasaan para shalihin, sarana taqorrub ilallah, penghapus keburukan dan pencegah dosa
Dari Abu Umamah Al Bahili ra. dari Rasulullah saw, beliau bersabda : “Lakukanlah qiyamullail karena sesungguhnya ia adalah kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian, pendekatan kepada Rabb kalian, penghapus berbagai keburukan dan pencegah dosa” (HR. At Tirmdzi, Ibnu Abid Dunya, Ibnu Khuzaimah, Al Hakim). Hadist Hasan menurut Syaikh Nashiruddin Al Albani

8. Dijauhkan dari kemalasan dan menjadikan jiwa menjadi baik
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Syetan mengikat 3 buhul di bagian belakang kepala salah seorang di antara kalian (apabila ia tidur), seraya memukul pada tiap buhul; “malam panjang bagimu, tidurlah”. Jika ia bangun kemudian berdzikir kepada Allah swt maka lepaslah satu buhul. Jika ia berwudhu maka lepaslah satu buhul lagi. Dan jika ia shalat maka lepaslah semua buhulnya sehingga pada pagi harinya menjadi gesit dan baik jiwanya. Dan jika tidak (melaksanakan hal tersebut) maka pada pagi harinya ia menjadi buruk jiwanya dan malas (HR. Malik, Bukhari, Muslim, Abu dawud, An Nasaa’i, dan Ibnu Majah)

9. Ciri hamba yang bersyukur
Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah saw bangun shalat malam hingga kedua kakinya bengkak, lalu aku bertanya kepada beliau : “Mengapa engkau lakukan hal ini padahal dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni “?. Nabi saw menjawab : “Tidakkah aku (pantas) menjadi hamba yang banyak bersyukur?”. (HR. Bukhari dan Muslim)

10. Dirahmati Allah swt
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw, “Allah swt merahmati seorang lelaki yang bangun malam kemudian shalat dan membangunkan istrinya. Jika (istrinya) enggan maka ia memercikan air di wajahnya. Dan Allah swt merahmati seorang wanita yang bangun malam kemudian shalat dan membangunkan suaminya. Jika (suaminya) enggan maka ia memercikkan air di wajahnya”. (HR. Abu Dawud, An Nasaa’i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim). Menurut Syaikh Nashiruddin Al Albani Hadits ini Hasan)

11. Digolongkan sebagai ahli dzikir
Dari Abu Hurairah ra dan Abu Sa’id ra, keduanya berkata, telah bersabda Rasulullah saw : Apabila seorang lelaki membangunkan istrinya di malam hari kemudian keduanya shalat (atau ia shalat) dua rakaat berjama’ah, maka keduanya ditulis di kalangan orang-orang lelaki dan wanita yang berdzikir”. (HR. Abu Dawud, An Nasaa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Al Hakim)

12. Diumpamakan shodaqoh secara rahasia
Dari Abdullah ra, ia berkata : Telah bersabda Rasullah saw, “Keutamaan shalat malam atas shalat siang seperti keutamaan shadaqah secara rahasia atas shadaqah secara terang-terangan (HR. Ath Thabrani dengan Sanad Hasan)

13. Dibanggakan oleh Allah Azza Wa Jalla
Dari Ibnu Mas’ud ra dari Nabi saw, beliau bersabda : “Rabb kita kagum kepada dua orang - salah satunya – orang yang bangkit dari hamparan dan kemulnya di antara keluarga dan kekasihnya (menuju) kepada shalatnya, maka Allah Azza Wa Jalla berfirman (kepada para malaikat-Nya) : “Lihatlah hamba-Ku, ia bangkit dari kasur dan gelarannya diantara kekasih dan keluarganya (menuju) kepada shalatnya karena mengharapkan apa yang ada di sisi-Ku dan takut dari apa yang ada di sisi-Ku” (HR. Ahmad, Abu Ya’la, Ath Thabrani dan Ibnu Hibban)
Memahami betapa besar fadhail qiyamullail, maka sangat wajarlah kalau seorang mu’min senantiasa menegakkannya dan sangat tidak layak jika seorang mu’min apalagi para da’i mengabaikan qiyamullail ini, walau dengan alasan apapun. Apalagi qudwah kita, Rasullah saw tidak pernah meninggalkan qiyamullail selama hidupnya.
Dari Abdullah bin Abi Qais ra, ia berkata, Aisyah ra berkata : “Jangan engkau tinggalkan qiyamullail karena Rasulullah saw tidak pernah meninggalkannya. Apabila beliau sakit atau sedang malas maka beliau melakukan qiyamullail sambil duduk”. (HR. Abu Dawud, dan Ibnu Khuzaimah).
Betapa sungguh malu kita saat kelak dihisab Allah swt, bahwa kita yang mengaku “AR RASUL QUDWATUNA” tetapi menegakkan “satu sunnahnya saja” kita masih sering lalai. Baik alasannya sibuk (apakah kita lebih sibuk dibanding Rasul saw dan para shahabatnya?), ataupun kecapean (Bukankah Rasul saw dan para shahabatnya jauh lebih capek dibanding kita?). Semoga Allah swt mengampuni kita semua.


II. Qiyamullail Dalam Kehidupan Rasulullah saw dan Salafush Shalih
Kita mendapat gambaran bagaimana qiyamullail yang dilakukan Nabi saw dan para sahabatnya serta generasi-generasi berikutnya yang berittiba’ kepada sunnah Rasul saw

1. Dari Aisyah ra berkata, “Adalah Nabi Saw bangun sholat malam hingga bengkak kakinya, maka aku tegur, “Mengapakah berbuat demikian padahal Allah telah mengampunkan bagimu dosa yang telah lalu dan yang akan datang?”. Nabi saw menjawab, “Tidakkah selayaknya aku menjadi hamba yang bersyukur kepada-Nya ?”.

2. Dari Abdullah bin Mas’ud ra, ia berkata, “ Saya Pernah Shalat malam bersama Nabi saw. Beliau berdiri begitu lama sampai-sampai saya berniat jelek.” Kami (para shahabat) bertanya, Apa niat jelekmu?”. Ibnu Mas’ud menjawab, “Aku berniat duduk dan meninggalkan Nabi saw.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dari hadits Hudzaifah, pada suatu malam ia shalat bersama Nabi saw. Lalu Beliau saw membaca surat Al Baqarah, Ali Imran dan An Nisaa dalam satu rakaat, dan apabila Beliau saw melewati ayat yang di dalamnya berisikan tasbih, maka Beliau saw bertasbih, atau permintaan maka Beliau saw menyampaikan permintaan, atau perlindungan maka Beliau saw berlindung. Setelah itu, Beliau saw ruku (lamanya) seperti Beliau saw berdiri. Kemudian Beliau saw berdiri (lamanya) seperti Beliau saw ruku, kemudian Beliau saw sujud (lamanya) seperti Beliau saw berdiri (HR. Muslim dan An Nasaa’i)

4. Dari Anas ra berkata , “Kapan saja kita ingin melihat Nabi Saw sholat malam, disaat itu kita pasti dapat melihatnya “.

5. Abdullah bin Umar tidak tidur kecuali sedikit, demikianlah menurut Putranya, Salim bin Abdullah. Abdullah bin Umar dijuluki “Penyerta Malam” atau “Kawan Dini hari”.

6. Suatu ketika Ibnu Mas’ud ditanya mengenai Ibnu Zubair. Beliau berkata, “Ia adalah seorang pembaca kitabullah dan pengikut sunnah Rasul-Nya, tekun beribadah kepada-Nya (di malam hari) dan shaum di siang hari karena takut kepada Allah. Abdullah bin Zubair dijuluki “Pendendang Malam”.

7. Sa’id bin Amir ra saat menjabat sebagai Pemimpin kota Homs, tidak mau melayani siapapun di waktu malam. Ia mengatakan, “Aku telah menyediakan waktu siang seluruhnya untuk melayani mereka (rakyat Homs) , sedang malam hari aku peruntukkan bagi Allah Ta’ala.

8. Jibril berkata kepada Rasulullah (tentang Hafsah binti Umar bin Khattab) : ”Sesungguhnya ia (Hafshah) adalah wanita yang gemar berpuasa dan rajin melakukan shalat malam, dan ia adalah istrimu di surga nanti”.

9. Fudhail bin Iyadh berucap: Bila matahari terbenam, aku senang dengan kegelapan, karena aku dapat berkhalwat (bersunyi diri) dengan Rabbku. Namun bila matahari merekah, aku begitu sedih, karena banyak orang-orang masuk menemuiku.

10. Abu Sulaiman berkata : “Ahlul Lail (orang yang selalu berjaga pada malam hari dengan qiyamullail) lebih nikmat di saat malam mereka dibanding dengan orang yang menganggur dan pesta pora dalam permainan mereka. Bila bukan karena malam, aku tidak suka untuk tinggal di dunia”.

11. Imam Thawus datang ke Masjidil Haram di sepertiga malam terakhir. Saat akan melaksanakan shalat di dekat Hijr Ismail, dilihatnya ada orang yang sedang shalat. Ruku dan sujudnya seolah tidak habis-habisnya. Ternyata setelah ia perhatikan, orang tersebut adalah Imam Ali Zainal Abidin. Dia digelari As Sajjad karena banyak bersujud setiap malamnya. Imam Thawus mendengar munajat yang lirih dari Ali Zainal Abidin, “Abduka bi finaa’ik, miskiinuka bi finaaik, faqiiruka bi finaaik, saailuka bi finaaik,” (hamba ini berada di hadapan-Mu Ya Allah, si miskin dihadapan-Mu, si fakir berada di hadapan-Mu, si pengemis berada di hadapan-Mu). Mengemis kepada Allah, miskin di hadapan Allah, Maha Membutuhkan anugerah dari Allah.

12. Imam Muhammad Al Baqir (cucu Rasulullah saw) bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali Karomalloohu Wajhah, berdiri lama menikmati bacaan dalam shalat malamnya. Selesai sholat beliau berdoa “Amartanii fa lam a’tamir, wa nahaitanii falam anzajir, haa ana abduka baina yadaik, mudznibun mukhthi’un, falaa a’tadzir”. (Kau beri aku perintah Ya Allah tapi banyak yang tak kulakukan dan tidak ku taati. Banyak hal yang sudah Kau larang tapi masih juga ada yang kulanggar larangan-Mu. Inilah aku sekarang di hadapan-Mu Ya Allah, banyak berbuat dosa, banyak berbuat salah, dan aku mengakui banyaknya dosa-dosa dan aku tidak mengelak dari dosa dosaku. Memang aku seorang pendosa). Beliau digelari Al Baqir karena sangat luas ilmunya. Imam Malik dan Imam Abu Hanifah mengambil sanad dari Imam Muhammad Al Baqir.

13. Ibnu Munkadir berkata, “Tidak ada kelezatan di dunia ini kecuali pada 3 hal, yaitu qiyamullail, bertemu dengan saudara seiman dan shalat berjamaah.”

14. Sultan Muhammad Al Fatih, seorang pemimpin yang pernah disebut oleh Rasulullah saw. sebagai sebaik-baik pemimpin yang akan memimpin Konstatinopel, Sejak kecil dididik oleh seorang ulama sehingga tumbuh sebagai pribadi dan menggantikan ayahnya pada usia 19 tahun. Tegas bila berhadapan dengan musuh dan lembut bila berhadapan dengan rakyatnya. Salah satu kebiasaan Sultan Muhammad Al Fatih di malam hari adalah berkeliling memeriksa keadaan pasukan dan rakyatnya untuk memastikan mereka bangun dan beribadah malam. Saat beliau berusia 21 tahun telah berhasil masuk Konstantinopel. Ketika tiba waktu salat Jumat pertama di Konstatinopel, timbul pertanyaan : Siapa yang layak menjadi imam?. Lalu Sultan meminta seluruh pasukan bangun berdiri dan berkata : Siapa diantara kalian yang sejak balighnya sampai saat ini pernah meninggalkan salat fardhu, silahkan duduk ! Tidak ada seorang pun yang duduk. Ini berarti tidak ada seorang pun diantara mereka yang sejak balighnya sampai saat itu pernah meninggalkan salat fardhu. Muhammad Al Fatih berkata lagi: Siapa diantara kalian yang sejak balighnya sampai saat ini pernah meninggalkan salat sunat rawatib silahkan duduk! Lalu sebagian masih tetap berdiri dan sebagian duduk. Sultan berkata lagi : Siapa diantara kalian yang sejak balighnya sampai saat ini pernah meninggalkan qiyamullail silahkan duduk! Pada saat itu seluruh pasukannya duduk, kecuali Sultan Muhammad Al Fatih sendiri.


III. Urgensi Qiyamullail Bagi Aktivis Da’wah

Sehatnya ruhiyah adalah bekal yang terbaik bagi setiap muslim, terutama bagi para du’at aktivis da’wah. Ruhiyah yang sehat akan memotivasi dan menggerakkan hati untuk beramal termasuk amal da’wah. Ada ungkapan dari Imam Bukhari, “Ar ruhiyah qabla ad da’wah kama anna al ilma qablal qauli wal amal”. Berilmu sebelum berbicara dan beramal, demikian juga pentingnya memiliki ruhiyah yang baik sebelum berda’wah.

Hai orang-orang yang beriman, rukulah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong. (QS. Al Hajj : 77-78)

Ayat di atas memuat perintah Allah kepada orang-orang yang beriman berdasarkan skala prioritas, yang diawali dengan perintah menjaga dan memperbaiki kualitas ruhiah yang tersirat dalam tiga perintah awal yaitu ruku, sujud dan ibadah. Kemudian implementasi
nya dalam bentuk amal dan jihad yang benar. Jika hal itu terwujud maka Allah swt akan memberikan kelapangan, pertolongan dan kemenangan. Kemudian di akhir ayat, Allah swt mempertegas agar kemenangan tersebut dijaga kembali dengan kekuatan ruhiah berupa shalat, zakat dan berpegang kepada tali Allah sehingga terhindar dari maksiat

Tentu sangat ironis jika seorang ektivis da’wah memiliki kualitas ruhiah yang memprihatinkan. Akibat yang muncul dari kondisi ini adalah mudah futur, bermaksiat atau bahkan (na’udzubillah) adalah berpaling atau menyimpang dari da’wah dan menjadikan da’wah sebagai tameng untuk mencari tahta, harta bahkan wanita. Hal ini sangat mungkin terjadi, karena ruhiah yang tidak sehat akan menjadikan hati sakit yang pada gilirannya sang aktivis da’wah menjadi menurun imunitas keimanannya.

Surat Al Muzzammil memberikan gambaran yang sangat jelas kepada kita tentang hubungan antara qiyamullail dan kesehatan ruhiah serta kesuksesan da’wah. Qaulan tsaqila/kalimat yang berat, yaitu da’wah hanya mampu dipikul oleh orang-orang yang salah satunya senantiasa “Qumillaila illa qoliila” (akan dibahas khusus pada kajian Tafsir Surat Al Muzzammil, insya Allah)

Seorang mu’min, khususnya para du’at ilallah, harus mampu menjaga kestabilan iman baik saat lapang atau sempit, saat diuji nikmat ataupun musibah, ataupun saat diuji kekalahan maupun kemenangan. Dan hal itu hanya akan tercapai manakala ruhiah selalu dalam keadaan yang prima. Kondisi ini dicontohkan oleh baginda Rasul saw yang justru melaksanakan qiyamullail yang panjang saat manuver da’wah makin meluas dan ujian menegakkan agama Allah makin banyak


IV. Kiat Mudah Bangun Malam Untuk Qiyamullail

Dari Ibnu Mas’ud ra katanya: “Ada seorang lelaki yang disebut-sebut di sisi Nabi saw, yaitu bahwa orang tersebut tidur di waktu malam sampai pagi – yaitu tidak bangun untuk shalat malam, lalu Beliau saw bersabda; “orang itu sudah dikencingi syaitan di kedua telinganya” atau Beliau saw bersabda; “di telinganya.” (HR. Muttafaqun ‘alaih)
Banyak orang yang mengatakan betapa sulit bangun untuk melaksanakan qiyamullail. Karena itulah para ulama memberikan beberapa kiat agar bias dan terbiasa bangun malam untuk qiyamullail. Sebelumnya, kita akan bahas lebih dulu cara menghitung waktu tengah malam dan sepertiga malam terakhir, mengingat keutamaan di dalamnya. Abu Hurairah ra.berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Rabb kita Azza Wa Jalla tiap malam turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir, lalu Allah swt berfirman, Barangsiapa yang berdo’a kepada-Ku pasti Aku kabulkan. Barangsiapa yang memohon kepada-Ku pasti Aku beri dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Ku pasti Aku ampuni. (HR. Muslim)

A. Cara Menentukan Pertengahan Malam

Pertama, kita tentukan dulu waktu tenggelamnya matahari dan waktu terbit fajar. Kemudian kita hitung jarak waktu antara keduanya, lalu hasilnya kita bagi dua. Kemudian hasil pembagian tersebut kita tambahkan waktu tenggelamnya matahari. Maka hasil dari penambahan tersebut adalah waktu pertengahan malam.
Secara matematis digambarkan berikut ini :

Waktu Tengah Malam =
Waktu Tenggelam Matahari + [ (Waktu Terbit Fajar – Waktu Tenggelam Matahari) / 2

Misalnya, jika waktu tenggelam matahari adalah pukul 18.00 dan waktu terbit fajar esok hari adalah pukul 05.00, maka jarak waktu antara keduanya setelah kita hitung adalah 11 jam. Waktu 11 jam ini kita bagi menjadi dua, maka hasilnya adalah 5 jam 30 menit. Kemudian hasil pembagian tersebut kita tambahkan kepada waktu matahari tenggelam, maka 18.00 + 5.30 = 23.30, maka jadilah waktu pertengahan malam adalah 23.30 (pukul setengah 12 malam).

B. Cara Menentukan Sepertiga Malam Terakhir

Kita cari dulu selisih perbedaan waktu antara waktu matahari tenggelam dengan waktu fajar terbit sebagaimana di atas. Lalu hasilnya kita bagi tiga.
Jadi, pukul 18.00 + (11 jam / 3) = 18.00 + 3 jam 40 menit = pukul 01.20.
Maka permulaan sepertiga malam yang akhir adalah pada pukul 01.20 pagi (dini hari). Waktu ini tidaklah tetap, akan tetapi akan berubah-ubah dari satu musim ke musim yang lain, tergantung waktu terbit fajar dan tenggelamnya matahari.

C. Do’a Nabi SAW Saat Bangun Malam

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَهَجَّدَ مِنْ اللَّيْلِ قَالَ اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ

“Bahwa Nabi saw bila shalat tahajjud di malam hari berdoa : Wahai Allah, Bagi-Mu Pujian, Engkaulah Cahaya segenap langit dan bumi, Bagi-Mu Pujian, Engkaulah Yang Menegakkan langit dan bumi, dan Bagi-Mu Pujian, Engkaulah Yang Maha Mengasuh segenap langit dan bumi, dan yg diantara segenap langit dan bumi, ..” (HR. Bukhari)

D. Kiat Agar Bisa Bangun Malam

Imam Al-Ghazali memberikan nasihat sebagai berikut :

1. Makan malam yang sedikit sekadar tidak lapar. Jika kita makan malam yang banyak akan menyebabkan kita cepat mengantuk dan susah bangun tidur.
2. Menyempatkan qailulah di siang hari. Rasul saw melaksanakan qailulah setengah jam sebelum tiba waktu shalat zhuhur
3. Memahami keutamaan qiyamullail dengan mentadabburi ayat-ayat Al Qur’an dan hadits-hadits Nabi serta kisah para salafushshalih berkenaan dengan qiyamullail.
4. Berupaya agar tidak melakukan maksiat di siang harinya sebagai bukti mahabbah kepada Allah dengan sebenarnya. Istiqamah dalam beribadah di waktu malam merupakan anugerah yang Allah berikan kepada para hamba pilihan-Nya. Sesungguhnya seseorang yang banyak maksiat dan dosa yang dilakukan sebelum tidur akan memberatkannya untuk bangkit berkhalwat dengan Allah Yang Maha Suci.
Imam Hasan Al Bashri berkata, “Janganlah kalian bermaksiat kepada Allah di siang hari, niscaya Allah akan membangunkan kalian di hadapan-Nya di malam hari”. Apabila beliau masuk pasar, lalu mendengar pembicaraan yang laghwi, maka Imam Hasan Al Bashri berkata, “saya yakin malam mereka pastilah malam yang jelek. Semua dosa mengakibatkan hati keras dan menghalangi untuk bangun malam, terutama barang yang haram. Sementara sesuap makanan yang halal bisa berpengaruh dalam membersihkan hati dan menggerakkan hati untuk mengerjakan kebaikan”. Sedangkan Imam Sufyan Ats Tsauri berkata, “Aku terhalang untuk qiyamullail selama 5 bulan karena dosa yang aku lakukan”.
Sebagai penutup, mari kita ingat nasihat salah satu shahabat Nabi saw, yaitu Abdullah bin Rawahah, “Apabila hamba Allah itu diingatkan syurga, maka ia akan semakin rindu kepadanya. Dan apabila diingatkan neraka, maka ia tidak akan bisa tidur nyenyak”.


V. Maroji

1. Al Muntaqo min Kitaabi At Targhiib wa At Tarhiib lil Mundziri, Dr. Yusuf Al Qaradhawi, Darul Wafa, Al Manshuroh, Mesir, Cetakan ke-2 Tahun 1993
2. Majalah Qiblati Edisi 04 Tahun III 01-2008/12-1428
3. Malang Nian Orang Yang Tidak Shalat, Muhammad Abdul Malik Az Zaghabi, Penerjemah Abdul Rosyad Shiddiq, Pustaka Al Kautsar, Cetakan Pertama, Maret 2000
4. Pengembaraan Sang Duta Halilintar Jundullah, Taufiq Mustafa SE. MBA.
5. Sholaatul Mu’min, Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al Qahthani
6. Siyar A’lamin Nubala, Adz Dzahabi, Tahqiq Syu’aib Al Arna’uth, Mu’assasah Ar Risalah, Cetakan Ke-XI, Tahun 1422 H/2001
7. http://zuhud.wordpress.com/2008/03/25/menghitung-tengah-malam-dan-sepertiga-malam-yang-akhir/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar